Abdurrahman bin Auf adalah sahabat Nabi yang kaya sebelum masuk Islam. Ketika ikut hijrah ke Madinah, dia tidak membawa harta bendanya selain dari sekedar bekal di perjalanan sehingga ketika sampai di Madinah bekal itu pun habis. Namun karena dia memiliki keyakinan yang kuat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka dalam waktu yang relatif singkat, dia kembali menjadi kaya melebihi sewaktu masih berada di Makkah, dan di belakang hari dikenal sebagai sahabat Nabi yang kaya-raya.
Dia juga tetap dikenal sebagai sahabat yang sangat setia dan ta’at pada Nabi, selalu berjuang bersama Nabi sampai titik darah penghabisan, sejak dari Perang Badar, Uhud, dan lain lain. Begitu semangatnya dalam perjuang, sampai-sampai ketika perang Uhud usai tidak kurang dari 20 goresan pedang dan tombak memenuhi sekujur tubuhnya. Kakinya menjadi pincang, jari-jari tangannya putus, dan gigi-giginya rontok.
Selain itu, seluruh harta kekayaannya disumbangkan untuk pembiayaan perang bersama Nabi:: membeli senjata dan kendaraan perang, dan kebutuhan-kebutuhan logistic lainnya. Sedang di luar medan perang, dia tetap dikenal sebagai dermawan yang selalu memenuhi kewajibannya untuk membayar zakat, infaq dan sodaqoh.
Suatu hari dia mendengar Rasulullah bersabda; “Wahai Ibnu Auf, engkau termasuk golongan orang yang kaya raya dan akan masuk surga secara perlahan-lahan. Oleh karena itu pinjamkanlah kekayaanmu itu kepada Allah, pasti Allah akan mempermudah langkah-langkahmu”.
Abdurrahman bahagia sekali, namun dia ingin sekali masuk surga dengan cara yang cepat. Dia pun menambah kesungguhannya mengabdi kepada Allah dan Rasul-Nya, di samping tetap giat berdagang dengan cara yang halal dan benar.
Usahanya tidak sia-sia. Perdagangannya maju sangat pesat sekali dengan keuntungan yang berlimpahan. Dia merasakan betapa murahnya Allah dalam memberikan rezeki kepadanya, sampai dia berkata: “Seandainya aku mengangkat batu, niscaya kutemukan di dalamnya emas dan perak”.
Sebagai tanda syukur nikmah, setiap selesai mendapatkan rezeki, dia segera menyalurkannya untuk perjuangan di jalan Allah. Pernah suatu hari, ketika dia baru saja menjual sebidang tanahnya seharga 40 ribu dinar, maka seluruh uangnya itu dibagi-bagikan kepada orang-orang Bani Zuhrah, para isteri Nabi, fakir miskin, dan lain lain. Di hari lain, dia serahkan 500 ekor kuda untuk keperluan pasukan Islam, dan di hari lainnya lagi, dari kantongnya sendiri, dia membelikan 1.500 kendaraan perang untuk kepentingan dakwah Islam.
Aisyah Radhiyallahu anha, istri Rasulullah, dan orang-orang Madinah terkagum-kagum ketika 700 kendaraan penuh muatan bahan makanan dan pakaian datang dari Syam (Palestina) memenuhi Madinah, sehingga jalan-jalan di kota Madinah berdebu. Semua kendaraan dan muatannya itu ternyata milik Abdurrahman bin Auf, dan semuanya dibagikan secara merata kepada seluruh penduduk Madinah.
Menjelang akhir hayatnya, dia berwasiat agar uang miliknya yang masih tersisa, sebesar 500 ribu dinar (uang emas) diinfakan bagi kepentingan fi sabilillah, dan setiap veteran perang Badar yang masih hidup mendapatkan 400 dinar. Itulah Abdurrahman bin Auf.
Allahu a’lam bish-showab.
Author : Badruzzaman Busyairi