Manusia dalam usahanya mencari rezeki ada yang berhasil mendapatkan banyak kekayaan, bahkan sampai berlimpahan. Tetapi ada juga yang belum beruntung dan menjadi miskin papa. Namun bersyukurlah karena Allah telah memberikan aturan-aturan, sehingga pada lingkungan masyarakat yang mematuhi-Nya tidak terjadi chaos. Karena salah satu aturan Allah itu menegaskan, bahwa dalam harta seseorang itu terdapat bagian orang lain sekalipun mereka tidak memintanya. (QS. Al-Ma’arij 24-25).

Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman, perintah Allah untuk mengeluarkan zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf, tidak akan memberatkan dirinya. Sebab di samping melaksanakan kewajiban, juga merupakan usaha pembersihan diri dan hartanya dari segala macam kotoran dan gangguan di sekitarnya. Rasulullah berpesan: “Bentengilah harta-bendamu dengan mengeluarkan zakat”.

Mereka sadar, rezeki itu dari Allah dan Allah jugalah yang mengaturnya. Oleh karena itu, mereka tidak takut dan khawatir hartanya akan berkurang apalagi sampai jatuh miskin. Bukankah Allah telah berjanji di dalam Al-Qur’an yang artinya:

“Siapa yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (berupa zakat, infaq, sodaqoh, dan wakaf), maka Allah akan melipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan kelipatan yang banyak. Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nya kamu dikembalikan” (QS. Al-Baqarah 245).

Banyak contoh di sekitar kita, orang-orang dermawan justru rezekinya terus bertambah, sebaliknya orang-orang yang bakhil dan kikir, hartanya semakin menyusut, hingga jatuh miskin. Secara khusus Rasulullah sering memberi jaminan kepada para sahabatnya yang rajin berinfaq atau bersodaqoh, akan tetap kaya, bahkan bertambah kaya, seperti yang dialami Abdurrahman bin Auf dan Thalhah bin Ubaidillah Radhiyallahu anhum.

Allahu a’lam bish-showab.

Author : Badruzzaman Busyairi

Leave a Reply

Your email address will not be published.