Assalamualaikum Sahabat Fillah, kali ini admin akan meng-copy artikel yang dibuat oleh almarhum mertua admin, Bpk Hj Badruzzaman Busyairi. Ketika admin mengetik ulang kata demi kata hardcopy tulisan beliau, rasanya seperti dinasehati langsung oleh beliau. Tidak dengan perkataan lisan, melainkan dengan tulisan.
24 Dzulqa’dah 1424 H / 16 Januari 2004
“Hendaklah kalian mengerjakan qiyamul-lail, karena qiyamul-lail itu merupakan kebiasaan orang-orang sholeh sebelum kalian. Dan sesungguhnya qiyamul-lail itu mendekatkan diri kepada Allah, mencegah dari perbuatan dosa, menghapus kesalahan-kesalahan, dan mengusir penyakit dari tubuh” (HR. At. Tirmidzi dan al-Hakim dari Abu Umamah R.A)
Qiyamul Lail
Qiyamul Lail, secara bahasa berarti bangun malam. Sedang yang dimaksud disini adalah bangun malam untuk melakukan shalat-shalat sunnah, bemunajat, memohon doa kepada Allah Subhanahu wata’ala. Dalam riwayatnya semula Qiyamul Lail diwajibkan kepada Rasulullah untuk mengerjakannya, Allah berfirman yang artinya :
“Wahai orang yang beselimut (Muhammad) bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Quran dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzammil 1-4).
Melihat Rasulullah melaksanalan Qiyamul Lail, para sahabat pun mengikutinya. Setelah berlangsung selama 12 bulan Qiyamul Lail dilaksanakan, Allah kemudian memberikan, melalui firman-firmanNya yang tertuang dalam penghujung surat Al-Muzammil, yaitu ayat ke-20. Dengan demikian, Qiyamul Lail menjadi ibadah sunnah muaqad. Demikian diberitakan oleh Aisyah Radhiyallahu anha dalam hadist yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan Nasai.
Meski demikian, Rasulullah tetap saja melaksanakan Qiyamul Lail setiap malamnya hingga beliau wafat. Sampaipun dalam keadaan sakit yang parah menjelang akhir hayatnya, beliau tetap melaksakan Qiyamul Lail hingga kedua telapak kakinya pecah-pecah.
Melihat keadaan yang demikian, istrinya, Aisyah bertanya : “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tetap melakukan hal ini, padahal Allah Azza wajalla telah mengampuni segala dosa yang engkau lakukan dimasa lalu dan masa yang akan datang” Rasulullah menjawab : “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur”. (HR. Muttafa alaih)
Para Sahabat pun mengikuti jejak Rasulullah. Mereka tetap rajin melakukan Qiyamul Lail sesuai anjuran Rasulullah. Sehingga pernah suatu ketika Abdullah bin Umar ditegur beliau lantaran jarang melakukan Qiyamul Lail. “Hai Abdullah, engkau jangan seperti si Fulan. Tadinya dia Qiyamul Lail, lalu tidak lagi (HR. Bukhari). Pada hadist lain disebutkan : “Orang terbaik ialah Abdullah (bin Umar) jika ia Qiyamul Lail”.
Mendengar teguran Rasulullah, Abdullah langsung Qiyamul Lail dan tidak pernah berhenti hingga akhir hayatnya. Betapapun keadaannya, sulit, sakit, dan kepayahan, dia tetap bangun malam untuk shalat dan munajat kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Banyak Hikmah Dari Qiyamul Lail
Dengan melaksanakan Qiyamul Lail, banyak hikmah yang akan diperoleh. Hadits Rasulullah yang dikutipkan pada permulaan tulisan ini menunjukkan kebenarannya. Beliau memberikn jaminan kepada ahli Qiyamul Lail. Pertama, akan menjadi dekat kepada Allah; kedua, tercegah dari perbuatan dosa; ketiga, kesalahannya akan terhapus; Dan keempat, dijauhkan dari penyakit.
Orang yang rajin Qiyamul Lail berarti dia sedang berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Dia rela meninggalkan kenikmatan-kenikmatan duniawiyahnya, untuk bangun malam pada saat sedang nikmat-nikmatnya tidur,melawan kantuk, udara dingin, dan lain sebagainya. Sungguh berat. Namun semua itu tidak dipedulilkan.
Di tengah keheningan malam yang sunyi sepi, orang-orang di sekitarnya sedang tidur lelap, dengan pelan-pelan dia mendekat kepada kekasih-Nya, Allah Rabbul Izzati. Dia berbisik menyebutkan asma-Nya Yang Maha Suci dan Maha Agung. Dia curahkan seluruh isi hatinya kepada kekasih-Nya: Tentang perjalanan hidupnya yang manis yang diberikan oleh Sang Kekasih, sehingga dia pun memuji dan mensyukuri-Nya dengan tulus ikhlas; Dia juga mengadu tentang kelemahan dirinya dalam menghadapi hidup dan kehidupan, seraya memohon kepada Kekasihnya Yang Maha Perkasa agar diberi kekuatan dan kemudahan, serta dijauhkan dai segala macam kesalahan dan dosa. Air matanya meleleh, dan terungkap dari lubuk hatinya yang paling dalam, permohonan kepada Kekasihnya perlindungan dan pertolongan-Nya, seta keselamatan dan kebahagiaan di dunia hingga di akhirat nanti.
Allah Yang Maha Rahman dan Rahim tidak bertepuk sebelah tangan. Menerima pengaduan hamba-Nya, dan memenuhi janji-Nya, memberikan perlindungan dan pertolongannya. Rasulullah memang bersabda yang artinya:
“Allah azza wajalla setiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir. Pada saat itu Allah berfirman : ‘Siapa yang berdoa kepada-Ku pasti Aku kabulkan, siapa yang memohon kepada-Ku pasti Aku beri, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku pasti Aku ampuni”. (HR. Jamaah dari Abu Hurairah r.a)
Qiyamul Lail Sebagai Obat Penyakit
Selain itu, Allah melalui lisan Rasul-Nya telah memberitahukan, Qiyamul Lail itu juga merupakan terapi sekaligus obat bagi penyakit yang ada di dalam tubuh seseorang. Hal ini dapat difahami, karena Allah yang menciptakan manusia, maka Dia-lah yang paling tahu terhadap segala kekurangan yang ada di dalam diri makhluk ciptaan-Nya. Bahkan Allah pula yang paling menjangkiti seseorang, keberadaan penyakitnya, cara menanggulanginya, serta kiat-kiat menghindarinya.
Pengetahuan para ahli kesehatan, tentu saja sangat terbatas, sehingga banyak resep yang diberikan Allah dan Rasul-Nya belum bisa ditangkap oleh nalarnya. Namun demikian, dalam keseharian kita bisa merasakan kebenaran resep-resep itu, karena diberikan oleh Allah Azza wajalla, Pencipta dan Pelindung kita. Bahwa dengan Qiyamul Lail kita akan menjadi sehat, terhindar dari penyakit-penyakit yang akan menggerogoti tubuh kita.
Rasulullah dan Para Sahabat Membuktikannya
Sebelum menerima tugas-tugas yang maha berat untuk mnyampaikan Risalah Islamiyah kepada umat manusia, Allah telah mempersiapkan lebih dulu diri Rasulullah agar tangguh menerima berbagai macam tantangan, ejekan, fitnahan, pengusiran bahkan pembunuhan. Untuk itu, Allah kemudian memerintahkan Rasulullah untuk selalu bangun malam.
“Wahai orang yang berselimut (Muhammad) bangunlan (untuk shalat) di malam hari…”
Tanpa berhenti, sekalipun Cuma satu malam, beliau dengan istiqomah terus melakukan Qiyamul Lail. Dan hasilnya sungguh mengagumkan. Secara mental bathiniyah, beliau sangat tangguh tak ada bandingannya. Sedang fisiknya sangat prima. Tidak pernah sakit kecuali menjelang akhir hayatnya. Padahal tugas yang diembannya teramat sangat berat. Menguras fikiran, tenaga, disertai kucuran air mata, keringat dan darah.
Beliau selalu tampil secara prima di depan umat manusia, baik di dalam rumah tangganya, dalam pergaulan dengan para tetangga dan sahabat-sahabatnya, dalam pertemuan para pemuka-pemuka kabilah, dalam majelis-majelis yang dihadirinya hingga sampai di medan pertempuran melawan kebiadaban musuh-musuhnya. Para ahli sejarah kenamaan telah menuliskan dengan tinta emas tentang kepiawaian Rasulullah di tengah-tengah kehidupan manusia. Sahabat-sahabat Rasulullah yang setia mengikuti sunahnya, yaitu bangun malam, juga memiliki kepribadian yang prima. Selalu tampil mengesankan dalam kehidupan sehari-harinya.
Pujian Ahli Qiyamul Lail
Allah memang telah menjadikan, bangun malam sebagai waktu yang baik bagi para hamba-Nya untuk menemui-Nya agar mendapatkan “maqamam-mahmuda” (kedudukan yag terpuji) sebagaimana difirman oleh Allah dalam surat Al-Israa’ ayat 79. Juga untuk mendapatkan kebaikan dan limpahan rahmat dari Allah (QS Adz-Dzariyaat 15-18), karena orang-orang yang Qiyamul Lail itu diakui keimanannya oleh Allah (QS. As-Sajdah 15-17), dan dipuji sebagai hamba-hamba-Nya yang berbakti. Allah berfirman yang artinya :
“Dan hamba-hamba Allah Yang Maha Pengasih, adalah mereka yang berjalan di bumi dengan merendahkan diri, apabila diganggu oleh pembicaraan orang-orang bodoh mereka hanya menjawab dengan ucapan yang baik. Semalam-malaman mereka beribadah kepada Allah, baik dengan sujud maupun dengan berdiri”. (QS Al-furqaan, 63-64)
Untuk itu, marilah kita berlomba-lomba dengan niat karena Allah untuk bisa dan selalu Qiyamul Lail. Semoga Allah akan memudahkan langkah-langkah kita dan meridhoi-Nya. Amin.
Badruzzaman Busyairi