Akhir Hayat Penista Agama Islam: Jangan Jajal Kemurkaan Allah SWT

Assalamualaykum ikwani wa akhwati fillah. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa agama islam merupakan agama yang sempurna, sungguh sempurnanya tidak ditemukan celah sehingga membuat sebagian orang kepayahan melemahkan dan menistakan agama ini yang pada akhirnya ia sebenernya justru melemahkan dirinya sendiri.

Ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam masih berada di Makkah, berbagai tantangan dari kaum musyrikin datang silih berganti dan bertubi-tubi. Dari mulai yang halus terselubung sampai yang kasar dan terang-terangan. Mulai dari bujuk rayu yang sangat menggiurkan, hingga makian dan sumpah serapah yang menyakitkan. Seiring dengan itu berbagai bentuk penyiksaan, pembaikotan, pengusiran pun datang berulang, bahkan sampai ancaman pembunuhan.

Namun semua itu, tidak pernah membuat Nabi surut melangkah untuk menyampaikan Risalah Islamiyah. Beliau tetap maju selangkah demi selangkah, dengan penuh perhitungan dan hikmah, sehingga satu demi satu orang-orang yang memusuhinya menerima kebenaran Islam. Mereka mendapatkan hidayah dari Allah, menerima seruan Rasul-Nya dan menjadi pembela-pembela utamanya.

Memang tidak semua orang yang memusuhi Nabi mau menerima Islam. Abu Lahab, Abu Jahal dan Walid bin Mughirah, sekedar contoh. Mereka bertiga, sampai matinya tetap memendam permusuhan yang mendalam kepada Nabi dan Risalah yang dibawanya.

Walid bin Mughirah Luluh Hatinya

Suatu hari pernah Walid bin Mughirah luluh hatinya mendengar Nabi membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Kejadian itu didengar Abu Jahal, keponakannya sendiri. Sudah barang tentu Abu Jahal berusaha keras agar pamannya jangan sampai terpedaya masuk Islam.

“Wahai pamanku, sesungguhnya kaummu akan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untukmu, agar kamu tidak mengikuti ajakan Muhammad”, kata Abu Jahal kepada Walid.
Walid kaget dan berkata: “Wahai sobat, semua orang Quraisy tahu, aku termasuk orang yang paling kaya”.
“Kalau begitu, katakan kepada kaummu bahwa kamu mengingkari atau membenci bacaan yang disampaikan Muhammad”, kata Abu Jahal to the point.
“Lantas, apa yang harus aku katakan ?”, balas Walid kebingungan karena tidak bisa menyembunyikan rasa kekagumannya pada bacaan Rasulullah.

“Demi Allah”, kata Walid kemudian, “Di antara kalian tidak ada orang yang lebih tahu tentang syair selain aku, baik tentang rajaz-nya, kasidahnya maupun syair-syair jin. Dan semua yang dikatakan Muhammad, tidak ada yang serupa satupun dari jenis syair-syair tadi. Dan demi Allah, perkataan dia mengandung makna yang dalam dan rasa estetika yang sangat memukau. Dia memang benar-benar bercahaya dari atas, dan bersinar dari bawah. Dan dia benar-benar mengungguli semua dan tidak bisa diungguli. Dia benar-benar menghancurkan semua yang ada di bawahnya”, kata Walid berterus terang kepada Abu Jahal.

“Tetapi ketahuilah wahai pamanku, kaummu tidak akan senang sebelum kamu mengatakan sesuatu mengenai Muhammad”, sahut Abu Jahal mendorong Walid agar mengingkari kebenaran yang dibawa Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.
“Kalau begitu biarkan aku berfikir sejenak”, balas Walid mulai goyah

Allah Murka

Tidak lama setelah itu, Walid pun mulai berfikir untung ruginya bila mengikuti kata hatinya, menerima kebenaran Islam. Tetapi karena Walid lebih mengutamakan derajatnya di tengah-tengah kaumnya, katimbang di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya Walid tetap memilih dalam kemusyrikan. Ia tetap memusuhi Nabi dan ajaran-ajaran yang dibawanya.

“Apa yang dibacakan Muhammad adalah sihir yang dipelajarinya dari orang lain”. Kata Walid kemudian, membungkamkan kata-hatinya sendiri, dan membiarkan mulutnya berada dalam kekafiran, sehingga Allah pun membuka “kedok” Walid dan memurkainya. Allah berfirman:

“Biarkan Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersamanya. Dan Aku lapangkan baginya (rezeki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya. Kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak, karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur’an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya). Maka celakalah dia. Bagaimana dia menetapkan?. Kemudian celakalah dia. Bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut. Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata: “(Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). (Al-Qur’an) ini tidak lain hanyalah perkataan manusia”. Aku akan memasukkanya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) itu adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaganya)”. (QS. Al-Mudats-tsir, 11-30)

Allah mengancam Walid melalui firman-Nya:

“Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apa (neraka) Saqar itu?” (QS. Al-Mudats-tsir, 26-27).

Allah lalu memberitahukan kepada para hamba-Nya, bahwa neraka Saqar itu adalah salah satu jenis neraka yang disediakan untuk menyiksa orang-orang yang ingkar terhadap ayat-ayat-Nya. Begitu pedihnya neraka Saqar, sehingga bila seseorang dilempar ke dalamnya, pasti kulit orang itu akan terbakar habis dan badannya hancur binasa. Setelah badannya binasa akan dikembalikan lagi utuh seperti semula, lalu diazab lagi hingga kulitnya hangus terbakar lagi dan badannya hancur binasa lagi. Hal itu berlangsung sepanjang masa, terus menerus dan berulang-ulang (QS. Al-Mudats-tsir, 28-30). Naudzubillahi min dzalik.

Perangainya Sangat Buruk

Walid bin Mughirah menerima azab yang sangat pedih, lantaran semasa hidupnya tidak mau bersyukur nikmat. Dalam hidupnya dia telah mendapatkan limpahan kenikmatan yang sangat besar: Badannya sehat segar bugar, rezekinya berlimpahan, anak-anak keturunannya sangat setia dan menyenangkan hatinya. Ilmu dan wawasannya luas, menguasai bahasa dan sastra dengan baik, suatu bidang yang sangat dibanggakan oleh masyarakat jazirah Arabia. Karena kemampuannya yang sangat tinggi dalam kesusasteraan khususnya syair, sehingga dia bisa menangkap kebenaran dan keindahan ayat-ayat Al-Qur’an.

Akan tetapi malang sekali nasibnya. Dia memiliki perangai yang sangat buruk. Dia sombong sekali dan suka menuruti hawa nafsunya. Gemar berbuat dosa dan durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya. Suka mencela dan menghina orang. Pemarah dan sangat pendendam. Sangat kikir dan sangat royal, senang dipuja, dan gila hormat. Walhasil, hatinya benar-benar sangat tertutup, senang mengolok-olok Nabi, dan menuduh ayat-ayat Al-Qur’an yang dibaca Nabi adalah sihir belaka.

“Kenapa Al-Qur’an diturunkan kepada Muhammad. Tidak kepada aku saja. Padahal aku ini pembesar dan pemimpin Quraisy. Juga tidak kepada Abu Mas’ud ‘Amr bin ‘Umair Ats-Tsaqafi, pemimpin kaum Tsaqif. Padahal kami berdua adalah pembesar dari dua kota, Makkah dan Thaif ?”, kata Walid sombong. Dan banyak lagi celotehannya yang menyakitkan hati kaum muslimin. Tapi Nabi tetap tenang dan sabar menghadapinya.

Akibat perangainya yang sangat buruk itu, maka permintaannya agar diberi tambahan rezeki, ditolak oleh Allah. Dan perangainya yang buruk telah mengantarkan jatuh terjerembab ke dalam neraka Saqar. Allah mengabadikan sifat-sifat buruk Walid melalui firman-Nya yang artinya sbb:

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang kian kemari menyebar fitnah, yang sangat enggan berbuat baik, yang melampoi batas lagi banyak berbuat dosa, yang kaku kasar. Selain itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata: ‘(Ini adalah) dongengan orang-orang dahulu kala. Kelak akan Kami beri tanda dia dibelalainya” (QS. Al-Qalam 10-16).

Kematiannya Sangat Tragis

Kesombongan dan kekafiran Walid bin Mughirah sudah sampai ke puncaknya. Kebencian dan dendamnya kepada Nabi pun sudah melampoi batas-batas kemanusiaan. Allah Maha Tahu atas perilaku Walid dan konco-konconya. Ketika berbagai peringatan tidak ditanggapi, maka Allah menurunkan adzab kepada Walid dan menyelamatkan Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi wasallam.

Ketika Walid sedang berjalan melewati Nabi, seperti biasanya, dengan ringan sekali dia mengolok-olok Nabi. Nabi diam saja, tidak menanggapi. Tapi Allah yang membelanya. Ketika telah melewati Nabi dan berjalan di depan orang-orang Bani Khuza’ah yang sedang memberi bulu pada anak-anak panah, tiba-tiba sebatang anak panah tersangkut di kain Walid dan melukai kakinya. Lukanya kecil saja, tapi tidak pernah sembuh meski diobati setiap hari, bahkan semakin parah. Walid mengerang kesakitan tiada henti. hingga mengantarkannya ke pintu kematian. Allah kemudian menyelamatkan Rasul-Nya:

“Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokan (kamu), yaitu orang-orang yang menganggap adanya sesembahan yang lain di samping Allah” (QS. Al-Hijr 95-96).

Demikian akhir perjalanan hidup orang yang mengingkari ayat-ayat Allah dan kebenaran yang dibawa Rasul-Nya, Muhammad Shallallahu alaihi wasalllam.

Allahu a’lam bish-showab

 

Tulisan ini dipublikasikan dari dokumen Almarhum Badruzzaman Busyairi

Leave a Reply

Your email address will not be published.