Assalamualaykum ikhwani wa akhwati fillah. Hidayah merupakan hak mutlak Allah yang diberikan kepada makhluk ciptaan-Nya. Tak ada seorang pun yang bisa memberikan hidayah, kecuali Allah (QS. Al-Hajj, 16). Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam sendiri tidak bisa memberikan hidayah sekalipun kepada orang yang dikasihinya. Padahal beliau sangat berharap agar pamannya, yaitu Abu Thalib, yang selama ini turut serta membelanya dari berbagai ancaman kafir Quraisy, bisa mendapatkan hidayah dari Allah.

“Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya” (QS. Al-Qashash 56).

Beliau lalu berdoa di hadapan jenazah pamannya, agar Allah memberikan ampunan kepadanya, lantaran sampai akhir hayatnya, sang paman (Abu Thalib) tetap dalam kemusyrikan. Allah langsung menurunkan firman-Nya;

“Tidaklah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, kendatipun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya sendiri), sudah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam” (QS. At-Taubah 113).

Karena hidayah merupakan hak mutlak Allah, maka bisa saja DIA berikan kepada musuh-musuh-Nya. Beberapa orang shahabat Nabi yang masyhur, seperti Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, Abu Sufyan, untuk sekedar enyebutkan contoh, semula dikenal sebagai musuh-musuh utama Rasulullah. Namun Allah menurunkan hidayah kepada mereka, sehingga mereka menerima Islam dan menjadi tokoh-tokoh utama dalam membela Islam. Umar bin Khattab, misalnya, menjadi Amirul Mukminin menggantikan Abu Bakar Ash-shiddiq, sedang Khalid bin Walid mendapat gelar “Saefullah” (Pedang Allah), dan Panglima Perang Islam yang legendaris, tak terkalahkan. Begitu pula dengan shahabat-shahabat lainnya yang telah mengukir sejarah hidupnya dengan indah.

Dua Panglima Saling Berhadapan

Orang yang telah mendapat hidayah Allah, jiwanya akan berubah secara total. Yang tadinya memusuhi Islam dengan sengit, berbalik menjadi pembela Islam, seperti yang dialami Gergorius Teodorus, panglima perang imperium Rumawi. Dalam medan perang Yarmuk, tahun 13 Hijriyah (634 M), Gergorius adalah musuh utama Khalid bin Walid, namun setelah mendapat hidayah Allah, ia menjadi kawan setia Klalid bin Walid, kemudian bersama-sama menghancurkan pasukan yang pernah dipimpinnya sebelum Islam.

Proses turunnya hidayah pun sangat mudah. Hatinya tiba-tiba terasa lapang, dan cahaya atau Nur Islam masuk menerangi seluruh jiwa raganya (QS. Al-An’am 125).

Dalam Perang Yarmuk, Gergorius Teodorus membawa sekitar 240 ribu tentara Rumawi dengan persenjataan yang canggih, logistik yang memadai, serta dendam yang membara untuk meruntuhkan Islam. Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq kemudian menugaskan Khalid bin Walid untuk menghadapinya. Khalid lalu maju ke medan perang bersama 39 ribu prajurit dengan persenjataan dan logistik yang tidak sebesar dibawa oleh musuhnya.

Joesoef Sou’yb dalam Sejarah Daulat Khulafaur-Rasyidin, menuliskan, bahwa pertempuran berlangsung sangat seru sekali. Diawali dengan perang tanding, satu lawan satu, kemudian disusul dengan perang terbuka secara massal dan kolosal. Dalam perang tanding itu, Gergorius Teodorus, tampil menantang panglima perang Islam, Khalid bin Walid. Face to face.

Lawan Jadi Kawan

Di tengah perang tanding yang berlangsung sangat seru itu, tiba-tiba Gergorius menghentikan serangannya. Dia bertanya kepada Khalid tentang berbagai hal, dan Khalid pun menjawabnya dengan lugas dan benar.

Gergorius Teodorus: “Hai Khalid, coba katakan dengan benar dan jangan membohongi aku, sebab orang yang merdeka tidak layak berbohong. Dan jangan menipu aku, sebab orang yang terhormat tidak layak menipu. Katakan dengan jujur, apakah benar, Allah telah turun kepada Nabimu membawa pedang dari langit, lalu menyerahkan kepadamu hingga kau beroleh panggilan Pedang Allah (Saefullah). Sebab setiap kamu mencabut pedang, tak seorang lawan pun yang tidak tunduk ?”.
Khalid bin Walid: “Tidak!”, jawab Khalid singkat.
Gergorius: Lantas kenapa anda dipanggil Pedang Allah ?.
Khalid: Allah Maha Agung dan Maha Mulia telah mengutus seorang Nabi kepada kami. Semula kami menantangnya dan memusuhinya. Sebagian di antara kami ada yang beriman dan menjadi pengikutnya yang setia. Aku termasuk orang yang mendustakannya, memusuhinya sekaligus memeranginya. Akan tetapi kemudian Allah menurunkan hidayah ke dalam hatiku, sehingga aku beriman dan menjadi pengikutnya yang setia. Nabi bersabda kepadaku: ‘Engkau adalah sebuah pedang di antara sekian banyak pedang Allah, terhunus untuk menghadapi kaum musyrikin’. Beliau bahkan mendoakan agar aku tetap menang. Dari itulah aku selalu dipanggil Pedang Allah.
Gergorius: Jika demikian, sekarang aku dapat menerima keteranganmu daripada mendengarkan dongengan tentang dirimu. Sekarang, jawablah pertanyaanku lagi. Di dalam menjalankan tugas, tawaran apa yang anda ajukan ?.
Khalid: Mengakui bahwa tiada pujaan kecuali Allah dan mengakui Muhammad itu Rasul Utusan Allah, serta berikrar di dalam hati bahwa ajarannya itu datang dari Allah.
Gergorius: Jika tidak bersedia menerimanya ?.
Khalid: Membayar al-Jizyah, dan mengakui kekuasaan Islam. Jika sudah demikian, maka kami berkewajiban menjamin hak miliknya, nyawanya, serta keyakinan yang dianutnya.
Gergorius: Jika tidak bersedia menerimanya ?.
Khalid: Pilihan berikutnya adalah perang. Dan kami siap untuk berperang.
Gergorius: Bagaimana kedudukan seseorang yang masuk ke dalam lingkungan anda dan menerima pilihan pertama itu pada hari ini ?.
Khalid: Pada kami, kedudukan itu cuma satu sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah, baik ia terhormat atau hina di depan masyarakat, baik duluan atau belakangan menerima Islam.
Gergorius: Hai Khalid, orang yang masuk dalam lingkungan anda pada hari ini, apakah sama kedudukannya dengan yang lainnya dalam segala hal ?.
Khalid: Ya !.
Gergorius: Kenapa bisa sama, padahal anda sudah lebih dulu masuk Islam dari yang lain ?
Khalid: Kami memeluk Islam dan mengikat bai’at terhadap Nabi Muhammad Shallallahu alahi wasallam. Beliau hidup bersama kami, dan kami menyaksikan kebesarannya serta keajaiban-keajaiban sebagai pertanda kebenaran risalah yang dibawanya. Sedangkan orang-orang yang masuk Islam di belakang hari tidak pernah berjumpa dengan Nabi, dan tidak pernah menyaksikan secara langsung kehidupan beliau, namun ia tetap membenarkannya. Jika pembenarannya itu jujur, dan niatnya ikhlas, maka ia lebih mulia dari kami.
Gergorius: Keterangan anda terasa benar, tidak menipu dan tidak membujuk. Demi Allah, aku menerima anjuran yang pertama itu. Yaitu mengakui tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad itu Utusan Allah. Aku masuk Islam!.

Selesai membaca dua kalimat syahadat, Gergorius lantas membuang pedangnya. Ia kemudian berjalan bersama Khalid ke perkemahan Islam. Ia memeluk Islam dan berperang di fihak Islam, bahu-membahu dengan Khalid sampai syahid di medan juang.

Allahu ’alam bish-showab.

Badruzzaman Busyairi (Allahu Yarham)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.